MANFAAT DO'A
Manfaat do'a dan dzikir banyak sekali, bisa mencapai seratus lebih. Kami sebutkan sebagian di antaranya:
1. Mendatangkan keridhaan Allah سبحانه و تعالي
.
2. Mengusir syaitan, menundukkan dan mengenyahkannya.
3. Menghilangkan kesedihan dan kemuraman hati.
4. Mendatangkan kegembiraan dan ketenteraman (di dalam) hati.
5. Menguatkan hati dan badan.
6. Membuat hati dan wajah berseri.
7. Melapangkan rizki.
8. Menimbulkan karisma dan rasa percaya diri.
9. Menumbuhkan rasa cinta yang merupakan ruh Islam, menjadi
inti agama, poros kebahagiaan dan keselamatan. Dzikir merupakan pintu
cinta, dan jalan untuk itu sangat agung dan lurus.
10. Menumbuhkan perasaan bahwa dirinya diawasi, sehingga
mendorongnya untuk selalu berbuat kebajikan. Dia beribadah kepada Allah
dan Allah melihat dirinya secara langsung. Tetapi orang yang lalai
untuk berdzikir tidak akan sampai kepada kebajikan, sebagaimana orang
yang hanya duduk saja, tidak akan sampai ke tempat tujuan.
11. Membuahkan ketundukan, yaitu berupa kepasrahan diri kepada
Allah dan kembali kepada-Nya. Selagi dia lebih banyak kembali kepada
Allah dengan cara menyebut Asma'-Nya, maka dalam keadaan seperti apapun
dia akan kembali kepada Allah dengan hatinya, sehingga Allah menjadi
tempat mengadu dan tempat kembali, kebahagiaan dan kesenangannya, tempat
bergantung tatkala senang dan mendapat bencana atau musibah.
12. Membuahkan kedekatan kepada Allah. Seberapa jauh dia
melakukan dzikir kepada Allah, maka sejauh itu pula kedekatannya kepada
Allah, dan seberapa jauh ia lalai melakukan dzikir, maka sejauh itu
jarak yang memisahkannya dengan Allah.
13. Membukakan pintu yang lebar dari berbagai pintu ma'rifat.[1]
Semakin banyak dia berdzikir, maka semakin lebar pintu ma'rifat yang
terbuka baginya.
14. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan memuliakan-Nya.
15. Membuatnya selalu ingat Allah, sebagaimana Allah berfirman:
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu..." (QS. Al-Baqarah: 152).
16. Membuat hati menjadi hidup. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
"Dzikir bagi hati sama dengan air bagi ikan, maka bagaimana keadaan yang
akan terjadi pada ikan seandainya ia berpisah dengan air?"
17. Dzikir merupakan santapan hati dan ruh. Jika hati dan ruh
kehilangan santapannya, maka sama dengan badan yang tidak mendapatkan
santapannya. Suatu kali, kami (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah) menemui
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang sedang melaksanakan shalat Shubuh.
Seusai shalat, ia berdzikir kepada Allah hingga hampir tengah hari. Pada
saat itu, ia menoleh ke arahku seraya berkata:
"Inilah santapanku, andaikan aku tidak mendapatkan santapan ini, tentu kekuatanku akan hilang."
Syaikhul Islam juga pernah berkata kepada kami:
"Aku tidak akan meninggalkan dzikir, kecuali dengan niat memang itulah
yang dikehendaki oleh jiwaku atau karena aku ingin istirahat. Istirahat
ini artinya persiapan bagiku untuk melakukan dzikir berikutnya."
18. Membersihkan hati dari karatnya. Segala sesuatu ada karatnya dan karat hati adalah lalai dan hawa nafsu. Sedangkan untuk membersihkan karat ini adalah dengan
taubat dan
istighfar.
19. Menghapus kesalahan dan menghilangkannya. Dzikir merupakan
kebaikan yang paling agung. Sementara kebaikan dapat menyingkirkan
keburukan.
20. Menghilangkan kerisauan dalam hubungan antara dirinya dengan
Allah. Orang yang lalai tentu akan dihantui kerisauan antara dirinya
dengan Allah, yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan dzikir.
21. Takbir (اللَّهُ أَكْبَرُ), tasbih (سُبْحَانَ اللهِ), tahmid (الْحَمْدُ لِلَّهِ) dan tahlil (وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ الله
ُ) yang diucapkan hamba saat berdzikir akan mengingatkannya saat dia ditimpa kesulitan.
22. Hamba yang mengenal Allah سبحانه و تعالي dengan cara
berdzikir di saat lapang, menjadikan dirinya tetap mengenal-Nya saat
menghadapi kesulitan, dan Dia akan mengenalnya disaat ia mengalami
kesulitan.
23. Berdzikir kepada Allah merupakan benteng yang kokoh dari
keburukan-keburukan dunia dan akhirat, serta menyelamatkan diri dari
adzab Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Mu'adz bin Jabal رضي الله
عنه dan dia me
marfu’kannya:
"Tidak ada amal yang dilakukan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari adzab Allah selain dari dzikir kepada-Nya." [2]
24. Menyebabkan turunnya ketenangan, datangnya rahmat dan para
Malaikat mengelilingi orang yang berdzikir, sebagaimana yang
disabdakan oleh Nabi [3] صلي الله عليه وسلم
25. Dzikir menyibukkan lisan dari melakukan ghibah, adu domba, dusta, kekejian dan kebathilan.
Sudah selayaknya bagi seorang hamba ketika berbicara atau berkata hendaknya berkata yang baik atau diam. Ia harus menjauhkan
ghibah (membicarakan
aib orang lain), dusta (bohong), menghasut, berkata-kata yang keji,
memfitnah dan hal-hal yang diharamkan Allah. Oleh karena itu dia harus
membersihkan lisannya dengan banyak berdzikir.
Siapa yang membiasakan lidahnya untuk berdzikir, maka lidahnya lebih
terjaga dari ke-bathilan dan perkataan yang sia-sia. Namun, siapa yang
lidahnya tidak pernah mengenal dzikir, maka kebathilan dan kekejian
banyak terucap dari lidahnya.
26. Majelis dzikir merupakan majelis para Malaikat, sedangkan
majelis kelalaian dan permainan merupakan majelis syaitan. Hendaklah
seorang hamba memilih, mana yang lebih dia sukai dan yang lebih dia
prioritaskan (utamakan). Karena dengan begitulah dia akan menentukan
tempat di dunia dan di akhirat.
27. Malaikat akan selalu memintakan ampun kepada Allah bagi
orang-orang yang berdzikir. Dan banyak berdzikir membuat seseorang
terhindar dari sifat nifaq.
28. Dengan berdzikir kepada Allah, maka pelakunya akan merasa
bahagia, begitu pula dengan orang yang dekat dengannya. Dialah orang
yang senantiasa mendapatkan barakah. Tapi orang yang lalai, dia akan
senantiasa gundah karena kelalaiannya, begitu pula orang yang dekat
dengannya.
29. Dzikir memberikan rasa aman dari penyesalan di hari Kiamat,
karena majelis yang di dalamnya tidak terdapat dzikir kepada Allah,
maka akan menjadi penyesalan pada hari Kiamat.
30. Berdzikir kepada Allah sambil meneteskan air mata dikala
sendiri, akan menjadi perlindungan bagi pelakunya dari panas matahari
di padang Mahsyar pada hari Kiamat, karena dia dilindungi oleh 'Arsy
Allah. Sementara orang lain yang tidak berdzikir kepada Allah, akan
tersengat oleh panasnya matahari pada saat itu.
31. Dzikir merupakan ibadah yang paling mudah, namun paling
agung dan paling utama. Sebab, gerakan lidah merupakan gerakan anggota
badan yang paling ringan dan paling mudah.[4]
32. Dzikir merupakan tanaman Surga, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Mas'ud, dia
berkata, Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Pada malam aku di isra'-kan, aku bertemu Ibrahim
al-Khaliil, seraya
berkata kepadaku: 'Hai Muhammad, sampaikanlah salamku kepada umatmu
dan beritahu-kanlah kepada mereka bahwa Surga itu bagus tanahnya, segar
airnya dan bahwa Surga itu merupakan kebun, sedangkan tanamannya
adalah:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
"Mahasuci Allah, segala puji milik-Nya, tidak ada Ilah (yang berhak
diibadahi dengan benar) selain Allah dan Allah Mahabesar." [5]
Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan gharib [6]. Dia juga meriwayatkan
dari Abu az-Zubair, dari Jabir, dari Nabi صلي الله عليه وسلم beliau
bersabda: "Barangsiapa mengucapkan:
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
'Mahasuci Allah, aku memuji-Nya', maka ditanamkan baginya pohon kurma di Surga." Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan shahih
. [7]
33. Pemberian dan karunia yang dilimpahkan karena dzikir ini tidak pernah dilimpahkan karena amal yang lain. Di dalam
ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan
Shahih Muslim) disebutkan, dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa mengucapkan:
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
'Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya
Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Baginya kerajaan dan
pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.' (Sebanyak)
seratus kali dalam
sehari, maka dia mendapat pahala seperti pahala membebaskan sepuluh
budak wanita, ditetapkan baginya seratus kebaikan, dihapuskan darinya
seratus keburukan dan hal itu menjadi perlindungan dari syaitan pada
hari itu hingga petang hari, dan tidak ada seseorang yang membawa
sesuatu yang lebih baik daripada apa yang dibawa oleh orang itu, kecuali
orang yang melakukannya lebih banyak lagi." [8]
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dia berkata: "Rasulullah صلي الله عليه وسلم
bersabda: 'Aku mengucapkan:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
'Mahasuci Allah, segala puji milik-Nya, tidak ada Ilah (yang berhak
diibadahi dengan benar) selain Allah dan Allah Mahabesar,' lebih kusukai
daripada terbitnya matahari." [9]
Dari Tsauban, bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa yang pada pagi dan sore hari mengucapkan:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
'Aku ridha kepada Allah sebagai Rabb-ku, kepada Islam sebagai agamaku,
dan kepada Muhammad sebagai Rasulku,' maka ada hak atas Allah untuk
meridhainya." [10]
Rasulullah juga bersabda: "Barangsiapa yang masuk pasar seraya mengucapkan:
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوتُ بِيَدِهِ
الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
'Tiada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah semata yang tiada
sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kekuasaan dan pujian, Yang menghidupkan dan
mematikan, Dia hidup dan tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan dan
Dia Mahaber-kuasa atas segala sesuatu,' maka Allah menetapkan baginya
sejuta kebaikan, menghapus sejuta kesalahan dan meninggikan baginya
sejuta derajat." [11]
34. Terus-menerus berdzikir kepada Allah membuat hati
seseorang tidak melalaikan Allah, dan lalai mengingat Allah menjadi
sebab penderitaan hamba di dunia dan di akhirat. Siapa saja yang
melalaikan Allah, maka ia akan lalai terhadap dirinya dan
kemaslahatannya dan ia akan binasa. Allah سبحانه و تعالي berfirman: "Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 19)
"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan-nya pada
hari Kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, Ya Rabb-ku, mengapa
Engkau menghimpunku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah
orang yang melihat? 'Allah berfirman: 'Demikianlah, telah datang
kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada
hari ini kamu pun dilupakan.'" (QS. Thaahaa: 124-126).
Artinya, engkau dilupakan dalam kubangan adzab, sebagaimana engkau
melupakan ayat-ayat-Ku dan tidak mau mengamalkannya. Berpaling dari
mengingat Allah juga membuatnya berpaling dari mengingat apa yang
diturunkan-Nya atau mengingat apa yang diturunkan Allah di dalam
Kitab-Nya. Akibatnya lebih lanjut, dia lupa terhadap hal-hal yang telah
disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya, lupa terhadap Asma'-Nya,
sifat-sifat, perintah, anugerah dan nikmat-nikmat-Nya. Ini semua sebagai
akibat berpaling dari Kitab Allah. Dengan kata lain, "Siapa yang
berpaling dari Kitab-Ku, tidak mau membacanya, tidak mendalaminya,
tidak memahaminya dan tidak mengamalkannya, maka hidup dan kehidupannya
akan menjadi sempit dan dia akan senantiasa tersiksa."[12]
Hal ini berbeda dengan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dan
keberuntungan. Kehidupan mereka di dunia merupakan kehidupan yang
sangat menyenangkan, dan di akhirat mereka mendapat pahala. Allah سبحانه
و تعالي berfirman:
"Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik. Dan, sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. An-Nahl: 97)
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabb-mu dan bertaubat
kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai pada waktu
yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya, jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat. " (QS.
Huud: 3).
"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada
Rabb-mu.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah ini adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
(QS. Az-Zumar: 10)
35. Dzikir senantiasa menyertai hamba sekalipun dia berada di
tempat tidur, di pasar, saat sehat, saat sakit, saat mendapatkan
kenikmatan dan kesenangan, saat menderita dan mendapat cobaan, bahkan
dzikir itu menyertai hamba pada setiap saat.
36. Dzikir merupakan cahaya bagi orang yang berdzikir di dunia,
cahaya baginya di kuburan, cahaya baginya di tempat kembalinya,
meneranginya saat berlalu di atas
ash-Shirath, dan tidak ada yang bisa menyinari kubur dan hati melainkan hanya dengan berdzikir kepada Allah. Allah سبحانه و تعالي berfirman
:
"Dan apakah yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap-gulita yang sekali-kali tidak dapat
keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'aam: 122)
37. Dzikir merupakan pangkal landasan, jalan manusia
secara umum dan kecintaan yang ditebarkan. Siapa yang dibukakan
untuk melakukan dzikir, berarti telah dibukakan untuk menuju kepada
Allah.
38. Di dalam hati ada suatu celah yang sama sekali tidak bisa
disumbat kecuali dengan dzikir. Jika dzikir merupakan semboyan hati dan
ia juga mengingatkan jalan yang seharusnya ditempuh, maka inilah dzikir
yang disebut dengan dzikir yang dapat menutupi celah, sehingga manusia
menjadi kaya bukan karena harta, terpandang bukan karena keturunan,
disegani bukan karena kekuasaan. Namun, jika ia lalai berdzikir kepada
Allah, maka keadaannya menjadi sebaliknya, ia miskin sekalipun
hartanya banyak, hina sekalipun memegang kekuasaan dan tidak dipandang
sekalipun keluarganya mapan.
39. Dzikir dapat menghimpun yang bercerai berai dan
menceraiberaikan yang terhimpun, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan
yang dekat. Apa yang bercerai berai dalam hati hamba dapat dihimpun,
seperti kehendak dan hasratnya. Siksaan yang paling pedih ialah jika apa
yang ada di dalam hatinya itu bercerai berai. Hatinya hidup dan
merasakan kenikmatan jika kehendak dan hasrat hatinya berhimpun menjadi
satu.
40. Dzikir menggugah hati dari keadaan yang selalu tidur dan
membangunkannya dari keadaan yang selalu mengantuk. Jika hati selalu
tidur dan mengantuk, maka ia kehilangan sekian banyak keuntungan, yang
berarti akan mengalami kerugian. Jika ia tersadar dan menyadari apa yang
lolos dari tangannya selama tidur itu, maka dia akan merasa sangat
menyesal, lalu berusaha menghidupkan sisa umurnya dan mencari apa yang
lolos dari tangannya. Tidak ada yang bisa membangkitkan dirinya dari
keadaannya kecuali dzikir. Sesungguhnya kelalaian itu merupakan tidur
yang nyenyak.
41. Dzikir yang intinya tauhid merupakan sebatang pohon yang
membuahkan pengetahuan dan keadaan yang dapat dilalui oleh orang-orang
yang menuju kepada Allah. Tidak ada cara untuk mendapatkan buahnya
kecuali dari pohon dzikir. Jika pohon itu semakin besar dan akarnya
kokoh, maka ia akan banyak menghasilkan buah.
42. Orang yang berdzikir (mengingat Allah) senantiasa merasa
dekat dengan-Nya dan Allah bersamanya. Kebersamaan ini bersifat khusus,
bukan kebersamaan karena bersanding, tetapi kebersamaan karena
kedekatan, cinta, pertolongan dan taufiq.[13] Allah سبحانه و تعالي
berfirman: "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa." (QS.
An-Nahl: 128)
"Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 249)
"Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Al-'Ankabuut: 69)
"Janganlah engkau bersedih hati, karena sesungguhnya Allah beserta kita." (QS. At-Taubah: 40)
Karena kebersamaan ini, orang yang melakukan dzikir mendapatkan bagian
yang melimpah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi: "Aku
bersama hamba-Ku selagi dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak
karena Aku."[14]
43. Sesungguhnya di dalam hati itu ada kekerasan yang tidak bisa
dicairkan kecuali dengan ber-dzikir kepada Allah. Maka, kekerasan hati
seorang hamba harus diobati dengan berdzikir kepada-Nya.
44. Dzikir merupakan penyembuh dan obat penyakit hati. Hati yang
sakit hanya bisa disembuhkan dengan berdzikir kepada Allah. Imam
Mak-hul berkata: "Mengingat Allah itu merupakan kesembuhan, dan
mengingat manusia itu merupakan penyakit."
45. Dzikir mendatangkan shalawat Allah dan para Malaikat-Nya.
Siapa yang mendapatkan shalawat Allah dan para Malaikat, maka dia adalah
orang yang sangat beruntung. Allah سبحانه و تعالي
berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama)
Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang. Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan
Malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkanmu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Mahapenyayang
kepada orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ahzab: 41-43).
Shalawat dari Allah dan para Malaikat-Nya ini merupakan sebab untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.
46. Dzikir kepada Allah dapat memudahkan kesulitan dan
dapat meringankan beban yang berat. Kesulitan itu akan menjadi
mudah, tatkala seseorang berdzikir dengan menyebut Nama-Nama Allah dan
sifat-sifat-Nya yang tinggi sesuai dengan syari'at, maka yang berat dan
yang sulit akan menjadi ringan dan mudah.
47. Dzikir kepada Allah menyingkirkan segala ketakutan di dalam
hati sehingga mendatangkan perasaan aman bagi hati. Tidak ada yang
lebih bermanfaat bagi orang yang takut kecuali dengan berdzikir kepada
Allah, maka akan hilang ketakutan itu.
48. Sesungguhnya dzikir kepada Allah akan memberikan kekuatan
bagi orang yang berdzikir, sehingga seakan-akan dengan dzikir itu dia
mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang berat tanpa
disangka-sangkanya.
Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah mengajari puterinya, Fathimah, dan
'Ali bin Abi Thalib agar mereka bertasbih sebanyak 33 kali pada saat
malam tatkala beranjak tidur, bertahmid sebanyak 33 kali dan bertakbir
sebanyak 34 kali, tepatnya ketika Fathimah meminta seorang pembantu
untuk membantu pekerjaannya dan mengadukan pekerjaannya yang berat,
karena harus menjalankan alat penggiling dan melaksanakan berbagai macam
pekerjaan rumah tangga. Dan Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Yang demikian itu lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang
hamba/pelayan."[15]
49. Dzikir adalah pangkal syukur. Orang yang tidak
berdzikir adalah orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Dzikir
dan syukur adalah paduan kebahagiaan dan kejayaan. Allah سبحانه و تعالي
menghimpun antara dzikir dan syukur dalam firman-Nya: "Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."(QS.
Al-Baqarah: 152).
50. Termasuk dzikir kepada Allah; melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan hukum-hukum-Nya.[16]
Wallaahu a'lam.
________
Fote Noote:
[1] Ma'rifat diperoleh dengan cara:
- Belajar al-Qur-an dan as-Sunnah menurut pemahaman Sahabat رضي الله عنهم
- Mengamalkan yang wajib, sunnah dan menjauhkan yang dilarang.
- Ikhlas dalam beramal.
- Ittiba' kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم
- Selalu berdzikir kepada Allah سبحانه و تعالي.
[2] HR. Ahmad V/639, at-Tirmidzi no. 3377.
[3] HR. Muslim no. 2699 dan selainnya.
[4] Di antara contoh kalimat yang ringan di lidah dan berat dalam timbangan dan dicintai oleh Allah سبحانه و تعالي yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
"Mahasuci Allah, aku memuji-Nya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung." (Hadits
shahih riwayat al-Bukhari no. 6404 dan Muslim no. 2694).
[5] Lihat
Silsilah al-Ahaadiits asb-Sbahiihah no. 105. Di dalam riwayat Imam Muslim,
perkataan yang dicintai oleh Allah itu empat:
"Subhanallah, Alhamdulillaah, Laa Ilaaha illallaah, Allaahu Akbar."
[6] Lihat
Shahiih al-Adzkaar oleh Syaikh Salim bin 'led al-Hilali 1/90 no. 34
[7] Lihat
Shahiih al-Adzkaar oleh Syaikh Salim bin 'led al-Hilali 1/90 no. 35.
[8] HR. Al-Bukhari dalam
Fat-hul Baari VI/338 no.3293 dan XI/201 no. 6403, Muslim dalam
Syarh Muslim XVH/16-17. HR. Muslim no. 2695 (32), at-Tirmidzi no. 3597
[9] HR. Muslim no. 2695 (32),at- Tirmizi no.3597
[10] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 3389 dan selainnya. Hadits hasan, lihat
Shahiih al-Waabilish Shayyib hal. 88-89.
[11] HR. At-Tirmidzi no. 3429, Ibnu Majah no. 2235, Ahmad I/4 dan yang lainnya. Hadits hasan, lihat takhrijnya dalam
Shahiih al-Waabilish Shayyib hal. 250-256
[12] Shahiih al-Waabilish Shayyib hal. 91
[13] Ma'iyyah adalah satu sifat dari sifat-sifat Allah, dan
ma'iyyah ini ada dua:
1.
Ma'iyyah khusus, yaitu kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya
yang kita tidak tahu tentang kaifiyat (bagaimana)nya kecuali Allah, seperti sifat-sifat-Nya. Dan
ma'iyyah ini
mengandung makna bahwa Allah meliputi hamba-Nya yang dicintai,
menolongnya, memberikan taufiq, menjaganya dari kebinasaan dan lainnya.
2
. Ma'iyyah umum yaitu kebersamaan Allah dengan
makhluk-Nya, di mana Allah mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya dan Allah
tahu semua keadaan mereka, tindak-tanduk mereka yang lahir maupun yang
bathin, dan yang seperti ini
tidak mesti Allah itu bersatu dengan hamba-Nya,
karena Allah tidak bisa di-qiyaskan dengan makhluk-Nya. Dan tingginya
Allah di atas makhluk-Nya tidak menafikan kebersamaan Allah dengan
hamba-hamba-Nya, berbeda dengan makhluk, karena keberadaan makhluk itu
di satu tempat (arah), mesti ia tidak tahu tentang tempat (arah) yang
lainnya. Dan Allah tidak sama dengan sesuatu pun karena kesempurnaan
ilmu dan kekuasaan-Nya.
(Ta'liq atas
at-Tanbiihaat al-Lathiifah hal. 45 oleh Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baaz رحمه الله)
[14] HR. Al-Bukhari dalam
Fat-hul Baari XIII/417, Ibnu majah no. 3792, Ahmad II/540, al-Hakim I/496 dan Ibnu Hibban no. 2316, shahih
[15] HR. Al-Bukhari dalam
Fat-hul Baari VII/71, Muslim dalam
Syarh Muslim XVII/45
[16] Diringkas dengan sedikit perubahan dari kitab
Shabiih d-Waabilish Shayyib mind Kdimith Thayyib, hal. 82-155. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tahqiq Syaikh Salim bin 'led al-Hilali, cet. III Daar Ibnil Jauzi 1416 H.
Manfaat Doa dan Dzikir (Mengingat Allah سبحانه و تعالي)
Manfaat do'a dan dzikir banyak sekali, bisa mencapai seratus lebih. Kami sebutkan sebagian di antaranya:
1. Mendatangkan keridhaan Allah سبحانه و تعالي
.
2. Mengusir syaitan, menundukkan dan mengenyahkannya.
3. Menghilangkan kesedihan dan kemuraman hati.
4. Mendatangkan kegembiraan dan ketenteraman (di dalam) hati.
5. Menguatkan hati dan badan.
6. Membuat hati dan wajah berseri.
7. Melapangkan rizki.
8. Menimbulkan karisma dan rasa percaya diri.
9. Menumbuhkan rasa cinta yang merupakan ruh Islam, menjadi
inti agama, poros kebahagiaan dan keselamatan. Dzikir merupakan pintu
cinta, dan jalan untuk itu sangat agung dan lurus.
10. Menumbuhkan perasaan bahwa dirinya diawasi, sehingga
mendorongnya untuk selalu berbuat kebajikan. Dia beribadah kepada Allah
dan Allah melihat dirinya secara langsung. Tetapi orang yang lalai
untuk berdzikir tidak akan sampai kepada kebajikan, sebagaimana orang
yang hanya duduk saja, tidak akan sampai ke tempat tujuan.
11. Membuahkan ketundukan, yaitu berupa kepasrahan diri kepada
Allah dan kembali kepada-Nya. Selagi dia lebih banyak kembali kepada
Allah dengan cara menyebut Asma'-Nya, maka dalam keadaan seperti apapun
dia akan kembali kepada Allah dengan hatinya, sehingga Allah menjadi
tempat mengadu dan tempat kembali, kebahagiaan dan kesenangannya, tempat
bergantung tatkala senang dan mendapat bencana atau musibah.
12. Membuahkan kedekatan kepada Allah. Seberapa jauh dia
melakukan dzikir kepada Allah, maka sejauh itu pula kedekatannya kepada
Allah, dan seberapa jauh ia lalai melakukan dzikir, maka sejauh itu
jarak yang memisahkannya dengan Allah.
13. Membukakan pintu yang lebar dari berbagai pintu ma'rifat.[1]
Semakin banyak dia berdzikir, maka semakin lebar pintu ma'rifat yang
terbuka baginya.
14. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan memuliakan-Nya.
15. Membuatnya selalu ingat Allah, sebagaimana Allah berfirman:
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu..." (QS. Al-Baqarah: 152).
16. Membuat hati menjadi hidup. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
"Dzikir bagi hati sama dengan air bagi ikan, maka bagaimana keadaan yang
akan terjadi pada ikan seandainya ia berpisah dengan air?"
17. Dzikir merupakan santapan hati dan ruh. Jika hati dan ruh
kehilangan santapannya, maka sama dengan badan yang tidak mendapatkan
santapannya. Suatu kali, kami (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah) menemui
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang sedang melaksanakan shalat Shubuh.
Seusai shalat, ia berdzikir kepada Allah hingga hampir tengah hari. Pada
saat itu, ia menoleh ke arahku seraya berkata:
"Inilah santapanku, andaikan aku tidak mendapatkan santapan ini, tentu kekuatanku akan hilang."
Syaikhul Islam juga pernah berkata kepada kami:
"Aku tidak akan meninggalkan dzikir, kecuali dengan niat memang itulah
yang dikehendaki oleh jiwaku atau karena aku ingin istirahat. Istirahat
ini artinya persiapan bagiku untuk melakukan dzikir berikutnya."
18. Membersihkan hati dari karatnya. Segala sesuatu ada karatnya dan karat hati adalah lalai dan hawa nafsu. Sedangkan untuk membersihkan karat ini adalah dengan
taubat dan
istighfar.
19. Menghapus kesalahan dan menghilangkannya. Dzikir merupakan
kebaikan yang paling agung. Sementara kebaikan dapat menyingkirkan
keburukan.
20. Menghilangkan kerisauan dalam hubungan antara dirinya dengan
Allah. Orang yang lalai tentu akan dihantui kerisauan antara dirinya
dengan Allah, yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan dzikir.
21. Takbir (اللَّهُ أَكْبَرُ), tasbih (سُبْحَانَ اللهِ), tahmid (الْحَمْدُ لِلَّهِ) dan tahlil (وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ الله
ُ) yang diucapkan hamba saat berdzikir akan mengingatkannya saat dia ditimpa kesulitan.
22. Hamba yang mengenal Allah سبحانه و تعالي dengan cara
berdzikir di saat lapang, menjadikan dirinya tetap mengenal-Nya saat
menghadapi kesulitan, dan Dia akan mengenalnya disaat ia mengalami
kesulitan.
23. Berdzikir kepada Allah merupakan benteng yang kokoh dari
keburukan-keburukan dunia dan akhirat, serta menyelamatkan diri dari
adzab Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Mu'adz bin Jabal رضي الله
عنه dan dia me
marfu’kannya:
"Tidak ada amal yang dilakukan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari adzab Allah selain dari dzikir kepada-Nya." [2]
24. Menyebabkan turunnya ketenangan, datangnya rahmat dan para
Malaikat mengelilingi orang yang berdzikir, sebagaimana yang
disabdakan oleh Nabi [3] صلي الله عليه وسلم
25. Dzikir menyibukkan lisan dari melakukan ghibah, adu domba, dusta, kekejian dan kebathilan.
Sudah selayaknya bagi seorang hamba ketika berbicara atau berkata hendaknya berkata yang baik atau diam. Ia harus menjauhkan
ghibah (membicarakan
aib orang lain), dusta (bohong), menghasut, berkata-kata yang keji,
memfitnah dan hal-hal yang diharamkan Allah. Oleh karena itu dia harus
membersihkan lisannya dengan banyak berdzikir.
Siapa yang membiasakan lidahnya untuk berdzikir, maka lidahnya lebih
terjaga dari ke-bathilan dan perkataan yang sia-sia. Namun, siapa yang
lidahnya tidak pernah mengenal dzikir, maka kebathilan dan kekejian
banyak terucap dari lidahnya.
26. Majelis dzikir merupakan majelis para Malaikat, sedangkan
majelis kelalaian dan permainan merupakan majelis syaitan. Hendaklah
seorang hamba memilih, mana yang lebih dia sukai dan yang lebih dia
prioritaskan (utamakan). Karena dengan begitulah dia akan menentukan
tempat di dunia dan di akhirat.
27. Malaikat akan selalu memintakan ampun kepada Allah bagi
orang-orang yang berdzikir. Dan banyak berdzikir membuat seseorang
terhindar dari sifat nifaq.
28. Dengan berdzikir kepada Allah, maka pelakunya akan merasa
bahagia, begitu pula dengan orang yang dekat dengannya. Dialah orang
yang senantiasa mendapatkan barakah. Tapi orang yang lalai, dia akan
senantiasa gundah karena kelalaiannya, begitu pula orang yang dekat
dengannya.
29. Dzikir memberikan rasa aman dari penyesalan di hari Kiamat,
karena majelis yang di dalamnya tidak terdapat dzikir kepada Allah,
maka akan menjadi penyesalan pada hari Kiamat.
30. Berdzikir kepada Allah sambil meneteskan air mata dikala
sendiri, akan menjadi perlindungan bagi pelakunya dari panas matahari
di padang Mahsyar pada hari Kiamat, karena dia dilindungi oleh 'Arsy
Allah. Sementara orang lain yang tidak berdzikir kepada Allah, akan
tersengat oleh panasnya matahari pada saat itu.
31. Dzikir merupakan ibadah yang paling mudah, namun paling
agung dan paling utama. Sebab, gerakan lidah merupakan gerakan anggota
badan yang paling ringan dan paling mudah.[4]
32. Dzikir merupakan tanaman Surga, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Mas'ud, dia
berkata, Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Pada malam aku di isra'-kan, aku bertemu Ibrahim
al-Khaliil, seraya
berkata kepadaku: 'Hai Muhammad, sampaikanlah salamku kepada umatmu
dan beritahu-kanlah kepada mereka bahwa Surga itu bagus tanahnya, segar
airnya dan bahwa Surga itu merupakan kebun, sedangkan tanamannya
adalah:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
"Mahasuci Allah, segala puji milik-Nya, tidak ada Ilah (yang berhak
diibadahi dengan benar) selain Allah dan Allah Mahabesar." [5]
Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan gharib [6]. Dia juga meriwayatkan
dari Abu az-Zubair, dari Jabir, dari Nabi صلي الله عليه وسلم beliau
bersabda: "Barangsiapa mengucapkan:
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
'Mahasuci Allah, aku memuji-Nya', maka ditanamkan baginya pohon kurma di Surga." Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan shahih
. [7]
33. Pemberian dan karunia yang dilimpahkan karena dzikir ini tidak pernah dilimpahkan karena amal yang lain. Di dalam
ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan
Shahih Muslim) disebutkan, dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa mengucapkan:
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
'Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya
Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Baginya kerajaan dan
pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.' (Sebanyak)
seratus kali dalam
sehari, maka dia mendapat pahala seperti pahala membebaskan sepuluh
budak wanita, ditetapkan baginya seratus kebaikan, dihapuskan darinya
seratus keburukan dan hal itu menjadi perlindungan dari syaitan pada
hari itu hingga petang hari, dan tidak ada seseorang yang membawa
sesuatu yang lebih baik daripada apa yang dibawa oleh orang itu, kecuali
orang yang melakukannya lebih banyak lagi." [8]
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dia berkata: "Rasulullah صلي الله عليه وسلم
bersabda: 'Aku mengucapkan:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
'Mahasuci Allah, segala puji milik-Nya, tidak ada Ilah (yang berhak
diibadahi dengan benar) selain Allah dan Allah Mahabesar,' lebih kusukai
daripada terbitnya matahari." [9]
Dari Tsauban, bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda: "Barangsiapa yang pada pagi dan sore hari mengucapkan:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
'Aku ridha kepada Allah sebagai Rabb-ku, kepada Islam sebagai agamaku,
dan kepada Muhammad sebagai Rasulku,' maka ada hak atas Allah untuk
meridhainya." [10]
Rasulullah juga bersabda: "Barangsiapa yang masuk pasar seraya mengucapkan:
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوتُ بِيَدِهِ
الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
'Tiada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah semata yang tiada
sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kekuasaan dan pujian, Yang menghidupkan dan
mematikan, Dia hidup dan tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan dan
Dia Mahaber-kuasa atas segala sesuatu,' maka Allah menetapkan baginya
sejuta kebaikan, menghapus sejuta kesalahan dan meninggikan baginya
sejuta derajat." [11]
34. Terus-menerus berdzikir kepada Allah membuat hati
seseorang tidak melalaikan Allah, dan lalai mengingat Allah menjadi
sebab penderitaan hamba di dunia dan di akhirat. Siapa saja yang
melalaikan Allah, maka ia akan lalai terhadap dirinya dan
kemaslahatannya dan ia akan binasa. Allah سبحانه و تعالي berfirman: "Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 19)
"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan-nya pada
hari Kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, Ya Rabb-ku, mengapa
Engkau menghimpunku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah
orang yang melihat? 'Allah berfirman: 'Demikianlah, telah datang
kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada
hari ini kamu pun dilupakan.'" (QS. Thaahaa: 124-126).
Artinya, engkau dilupakan dalam kubangan adzab, sebagaimana engkau
melupakan ayat-ayat-Ku dan tidak mau mengamalkannya. Berpaling dari
mengingat Allah juga membuatnya berpaling dari mengingat apa yang
diturunkan-Nya atau mengingat apa yang diturunkan Allah di dalam
Kitab-Nya. Akibatnya lebih lanjut, dia lupa terhadap hal-hal yang telah
disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya, lupa terhadap Asma'-Nya,
sifat-sifat, perintah, anugerah dan nikmat-nikmat-Nya. Ini semua sebagai
akibat berpaling dari Kitab Allah. Dengan kata lain, "Siapa yang
berpaling dari Kitab-Ku, tidak mau membacanya, tidak mendalaminya,
tidak memahaminya dan tidak mengamalkannya, maka hidup dan kehidupannya
akan menjadi sempit dan dia akan senantiasa tersiksa."[12]
Hal ini berbeda dengan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dan
keberuntungan. Kehidupan mereka di dunia merupakan kehidupan yang
sangat menyenangkan, dan di akhirat mereka mendapat pahala. Allah سبحانه
و تعالي berfirman:
"Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik. Dan, sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. An-Nahl: 97)
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabb-mu dan bertaubat
kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai pada waktu
yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya, jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat. " (QS.
Huud: 3).
"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada
Rabb-mu.' Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah ini adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
(QS. Az-Zumar: 10)
35. Dzikir senantiasa menyertai hamba sekalipun dia berada di
tempat tidur, di pasar, saat sehat, saat sakit, saat mendapatkan
kenikmatan dan kesenangan, saat menderita dan mendapat cobaan, bahkan
dzikir itu menyertai hamba pada setiap saat.
36. Dzikir merupakan cahaya bagi orang yang berdzikir di dunia,
cahaya baginya di kuburan, cahaya baginya di tempat kembalinya,
meneranginya saat berlalu di atas
ash-Shirath, dan tidak ada yang bisa menyinari kubur dan hati melainkan hanya dengan berdzikir kepada Allah. Allah سبحانه و تعالي berfirman
:
"Dan apakah yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap-gulita yang sekali-kali tidak dapat
keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'aam: 122)
37. Dzikir merupakan pangkal landasan, jalan manusia
secara umum dan kecintaan yang ditebarkan. Siapa yang dibukakan
untuk melakukan dzikir, berarti telah dibukakan untuk menuju kepada
Allah.
38. Di dalam hati ada suatu celah yang sama sekali tidak bisa
disumbat kecuali dengan dzikir. Jika dzikir merupakan semboyan hati dan
ia juga mengingatkan jalan yang seharusnya ditempuh, maka inilah dzikir
yang disebut dengan dzikir yang dapat menutupi celah, sehingga manusia
menjadi kaya bukan karena harta, terpandang bukan karena keturunan,
disegani bukan karena kekuasaan. Namun, jika ia lalai berdzikir kepada
Allah, maka keadaannya menjadi sebaliknya, ia miskin sekalipun
hartanya banyak, hina sekalipun memegang kekuasaan dan tidak dipandang
sekalipun keluarganya mapan.
39. Dzikir dapat menghimpun yang bercerai berai dan
menceraiberaikan yang terhimpun, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan
yang dekat. Apa yang bercerai berai dalam hati hamba dapat dihimpun,
seperti kehendak dan hasratnya. Siksaan yang paling pedih ialah jika apa
yang ada di dalam hatinya itu bercerai berai. Hatinya hidup dan
merasakan kenikmatan jika kehendak dan hasrat hatinya berhimpun menjadi
satu.
40. Dzikir menggugah hati dari keadaan yang selalu tidur dan
membangunkannya dari keadaan yang selalu mengantuk. Jika hati selalu
tidur dan mengantuk, maka ia kehilangan sekian banyak keuntungan, yang
berarti akan mengalami kerugian. Jika ia tersadar dan menyadari apa yang
lolos dari tangannya selama tidur itu, maka dia akan merasa sangat
menyesal, lalu berusaha menghidupkan sisa umurnya dan mencari apa yang
lolos dari tangannya. Tidak ada yang bisa membangkitkan dirinya dari
keadaannya kecuali dzikir. Sesungguhnya kelalaian itu merupakan tidur
yang nyenyak.
41. Dzikir yang intinya tauhid merupakan sebatang pohon yang
membuahkan pengetahuan dan keadaan yang dapat dilalui oleh orang-orang
yang menuju kepada Allah. Tidak ada cara untuk mendapatkan buahnya
kecuali dari pohon dzikir. Jika pohon itu semakin besar dan akarnya
kokoh, maka ia akan banyak menghasilkan buah.
42. Orang yang berdzikir (mengingat Allah) senantiasa merasa
dekat dengan-Nya dan Allah bersamanya. Kebersamaan ini bersifat khusus,
bukan kebersamaan karena bersanding, tetapi kebersamaan karena
kedekatan, cinta, pertolongan dan taufiq.[13] Allah سبحانه و تعالي
berfirman: "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa." (QS.
An-Nahl: 128)
"Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 249)
"Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Al-'Ankabuut: 69)
"Janganlah engkau bersedih hati, karena sesungguhnya Allah beserta kita." (QS. At-Taubah: 40)
Karena kebersamaan ini, orang yang melakukan dzikir mendapatkan bagian
yang melimpah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi: "Aku
bersama hamba-Ku selagi dia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak
karena Aku."[14]
43. Sesungguhnya di dalam hati itu ada kekerasan yang tidak bisa
dicairkan kecuali dengan ber-dzikir kepada Allah. Maka, kekerasan hati
seorang hamba harus diobati dengan berdzikir kepada-Nya.
44. Dzikir merupakan penyembuh dan obat penyakit hati. Hati yang
sakit hanya bisa disembuhkan dengan berdzikir kepada Allah. Imam
Mak-hul berkata: "Mengingat Allah itu merupakan kesembuhan, dan
mengingat manusia itu merupakan penyakit."
45. Dzikir mendatangkan shalawat Allah dan para Malaikat-Nya.
Siapa yang mendapatkan shalawat Allah dan para Malaikat, maka dia adalah
orang yang sangat beruntung. Allah سبحانه و تعالي
berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama)
Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang. Dia-lah yang memberi rahmat kepadamu dan
Malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkanmu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Mahapenyayang
kepada orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ahzab: 41-43).
Shalawat dari Allah dan para Malaikat-Nya ini merupakan sebab untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.
46. Dzikir kepada Allah dapat memudahkan kesulitan dan
dapat meringankan beban yang berat. Kesulitan itu akan menjadi
mudah, tatkala seseorang berdzikir dengan menyebut Nama-Nama Allah dan
sifat-sifat-Nya yang tinggi sesuai dengan syari'at, maka yang berat dan
yang sulit akan menjadi ringan dan mudah.
47. Dzikir kepada Allah menyingkirkan segala ketakutan di dalam
hati sehingga mendatangkan perasaan aman bagi hati. Tidak ada yang
lebih bermanfaat bagi orang yang takut kecuali dengan berdzikir kepada
Allah, maka akan hilang ketakutan itu.
48. Sesungguhnya dzikir kepada Allah akan memberikan kekuatan
bagi orang yang berdzikir, sehingga seakan-akan dengan dzikir itu dia
mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang berat tanpa
disangka-sangkanya.
Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah mengajari puterinya, Fathimah, dan
'Ali bin Abi Thalib agar mereka bertasbih sebanyak 33 kali pada saat
malam tatkala beranjak tidur, bertahmid sebanyak 33 kali dan bertakbir
sebanyak 34 kali, tepatnya ketika Fathimah meminta seorang pembantu
untuk membantu pekerjaannya dan mengadukan pekerjaannya yang berat,
karena harus menjalankan alat penggiling dan melaksanakan berbagai macam
pekerjaan rumah tangga. Dan Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Yang demikian itu lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang
hamba/pelayan."[15]
49. Dzikir adalah pangkal syukur. Orang yang tidak
berdzikir adalah orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Dzikir
dan syukur adalah paduan kebahagiaan dan kejayaan. Allah سبحانه و تعالي
menghimpun antara dzikir dan syukur dalam firman-Nya: "Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."(QS.
Al-Baqarah: 152).
50. Termasuk dzikir kepada Allah; melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan hukum-hukum-Nya.[16]
Wallaahu a'lam.
________
Fote Noote:
[1] Ma'rifat diperoleh dengan cara:
- Belajar al-Qur-an dan as-Sunnah menurut pemahaman Sahabat رضي الله عنهم
- Mengamalkan yang wajib, sunnah dan menjauhkan yang dilarang.
- Ikhlas dalam beramal.
- Ittiba' kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم
- Selalu berdzikir kepada Allah سبحانه و تعالي.
[2] HR. Ahmad V/639, at-Tirmidzi no. 3377.
[3] HR. Muslim no. 2699 dan selainnya.
[4] Di antara contoh kalimat yang ringan di lidah dan berat dalam timbangan dan dicintai oleh Allah سبحانه و تعالي yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
"Mahasuci Allah, aku memuji-Nya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung." (Hadits
shahih riwayat al-Bukhari no. 6404 dan Muslim no. 2694).
[5] Lihat
Silsilah al-Ahaadiits asb-Sbahiihah no. 105. Di dalam riwayat Imam Muslim,
perkataan yang dicintai oleh Allah itu empat:
"Subhanallah, Alhamdulillaah, Laa Ilaaha illallaah, Allaahu Akbar."
[6] Lihat
Shahiih al-Adzkaar oleh Syaikh Salim bin 'led al-Hilali 1/90 no. 34
[7] Lihat
Shahiih al-Adzkaar oleh Syaikh Salim bin 'led al-Hilali 1/90 no. 35.
[8] HR. Al-Bukhari dalam
Fat-hul Baari VI/338 no.3293 dan XI/201 no. 6403, Muslim dalam
Syarh Muslim XVH/16-17. HR. Muslim no. 2695 (32), at-Tirmidzi no. 3597
[9] HR. Muslim no. 2695 (32),at- Tirmizi no.3597
[10] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 3389 dan selainnya. Hadits hasan, lihat
Shahiih al-Waabilish Shayyib hal. 88-89.
[11] HR. At-Tirmidzi no. 3429, Ibnu Majah no. 2235, Ahmad I/4 dan yang lainnya. Hadits hasan, lihat takhrijnya dalam
Shahiih al-Waabilish Shayyib hal. 250-256
[12] Shahiih al-Waabilish Shayyib hal. 91
[13] Ma'iyyah adalah satu sifat dari sifat-sifat Allah, dan
ma'iyyah ini ada dua:
1.
Ma'iyyah khusus, yaitu kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya
yang kita tidak tahu tentang kaifiyat (bagaimana)nya kecuali Allah, seperti sifat-sifat-Nya. Dan
ma'iyyah ini
mengandung makna bahwa Allah meliputi hamba-Nya yang dicintai,
menolongnya, memberikan taufiq, menjaganya dari kebinasaan dan lainnya.
2
. Ma'iyyah umum yaitu kebersamaan Allah dengan
makhluk-Nya, di mana Allah mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya dan Allah
tahu semua keadaan mereka, tindak-tanduk mereka yang lahir maupun yang
bathin, dan yang seperti ini
tidak mesti Allah itu bersatu dengan hamba-Nya,
karena Allah tidak bisa di-qiyaskan dengan makhluk-Nya. Dan tingginya
Allah di atas makhluk-Nya tidak menafikan kebersamaan Allah dengan
hamba-hamba-Nya, berbeda dengan makhluk, karena keberadaan makhluk itu
di satu tempat (arah), mesti ia tidak tahu tentang tempat (arah) yang
lainnya. Dan Allah tidak sama dengan sesuatu pun karena kesempurnaan
ilmu dan kekuasaan-Nya.
(Ta'liq atas
at-Tanbiihaat al-Lathiifah hal. 45 oleh Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baaz رحمه الله)
[14] HR. Al-Bukhari dalam
Fat-hul Baari XIII/417, Ibnu majah no. 3792, Ahmad II/540, al-Hakim I/496 dan Ibnu Hibban no. 2316, shahih
[15] HR. Al-Bukhari dalam
Fat-hul Baari VII/71, Muslim dalam
Syarh Muslim XVII/45
[16] Diringkas dengan sedikit perubahan dari kitab
Shabiih d-Waabilish Shayyib mind Kdimith Thayyib, hal. 82-155. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, tahqiq Syaikh Salim bin 'led al-Hilali, cet. III Daar Ibnil Jauzi 1416 H.